Jasa cetak grafis atau Printing, cetak sablon
memberi peluang bisnis cukup menjanjikan. Pasalnya, hasil cetak sablon
senantiasa dibutuhkan unuk menunjang aktfitas industri dalam lingkup
luas. Hasil cetaknya memiliki ceruk pasar yang khas, yakni segmen
menengah – kebawah dengan spesifikasi tersendiri. Hal ini disebabkan
cetak sablon dapat dilakukan di hamper semua bidang, yakni bidang datar
dan lengkung. Di samping itu, secara financial, hasil cetak sablon cukup
terjangkau oleh kantung masyarakat lapis menengah-bawah. Tidak heran,
pasar cetak sablon memiliki jangkauan cukup luas. Sebalikya, cetak
offset, yang merupakan cetak grafis bebrbasis teknologi ini, memiliki
pasar tertentu.
Umumnya, potensi pasar cetak
offset adalah industri-industri besar yang menuntut kesempurnaan,
kecepatan, dan continuitas hasil. Karenanya, ditilik secara financial,
cetak offset menyerap biaya yang cukup besar. Namun, cetak offset tidak
dapat digunakan untuk mencetak pada bidang lengkung. Celah inilah yang
kemudian diisi oleh cetak sablon sebagai peluang bisnis.Untuk memulai
usaha sablon, seorang pemulan tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam.
Cukup dengan beberapa ratus atau bahkan beberapa puluh ribu rupiah,
perlengkapan sablon yang ada ditoko sudah dapat diboyong ke rumah. Tentunya, hanya alat-alat pokok sablon seperti screen ukuran sedang, catok, rakel dan beberapa kaleng tinta.
Selebihnya
dapat, dapat disiasati dengan kreatifitas kita, seperti membuat meja
sablon sendiri.Diperkirakan, biaya untuk modal awal seperti ini sekitar
Rp.300.000,-Dengan nominal modal sebesar ini, seorang pemula sudah dapat
meyablon kartu nama. Stiker, atau kertas kop surat. Keuntungan yang
diperoleh dapat mencapai 4-5 kali lipat per dua minggu sekali. Dengan
asumsi, order sablon yang diterima penuh, dan profit minimum dipatok
sebesar 40% per order cetak. Profit minimum ini dipatok dengan
pertimbangan untuk menghindari risiko bisnis seperti salah cetak atau
komplain pelanggan.Peralatan sablon berupa screen, catok, dan rakel
dapat digunakan selama satu tahuj. Jadi, alat-alat tersebut termasuk ke
dalam barang investasi. Artinya, untuk percetakan-percetaka berikutnya
modal yang dibelanjakan tidak perlu sebanyak modal awal. Belanja
berikutnya paling tidak hanya untuk belanja bahan-bahan pokok, seperti
afdruk, tinta, dan pengencer saja. Berbeda halnya jika memulai usaha
cetak offset. Modal awal yang dibutuhkan bisa mencapai sekitar
Rp.25.000.000,-.Karenanya, untuk mencapai titik impas atau kembali modal
(BEP), membutuhkan waktu relative lama. Sumber : Panduan Praktis cetak
sablon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar