Kamis, 18 Juli 2013

Wah Keren, Kaos Pakai Cat ‘Airbrush’

KEDIRI - Cat airbrush tidak melulu untuk mempercantik tampilan di dunia otomotif. Saat ini, metode pewarnaan ini juga mulai dikembangkan di bidang tekstil. Seperti di Kediri, Jawa Timur, airbrush digunakan pada medium pakaian jadi. Abdul Kadir, yang beralamat di Jalan Gajahmada, Semanding, Pare, adalah salah satu pembuat kaos yang mulai melirik bidang ini.
Kadir membuat kaos dengan gambar yang dicat menggunakan teknik airbrush. Saat ditemui di rumahnya, Senin (6/2/2012), Kadir menuturkan, usahanya itu mulai dirintis pada tahun 2010 silam. Berawal dari banyaknya konsumen yang datang kepadanya memesan kaos airbrush. Padahal saat itu, ia sama sekali tidak mengetahui cara membuat gambar dari cat airbrush. “Akhirnya saya belajar, dan ternyata tidak begitu susah,” kata pria yang hobi mendesain ini.
Perbedaan airbrush pada medium kain dan medium lainnya terletak pada penggunaan bahan cat dan pengencernya. Pada kain menggunakan cat pewarna tekstil yang banyak didapati di pasaran dan larutan pengencernya cukup menggunakan air. Sedangkan medium non tekstil, menggunakan cat biasa dan pengencer memakai thinner. “Jadi bedanya pada bahan cat dan pengencernya. Soal kualitas, bisa dijamin,” imbuh pria kelahiran tahun 1982 ini.
Tentang desain, ia menyerahkan sepenuhnya pada pembeli. Menggunakan desain yang disediakan atau membawa desain sendiri. Namun hal ini tentu akan berpengaruh pada harga. “Harganya variatif ya, antara Rp.110.000 sampai Rp. 175.000 tergantung tingkat kesulitan dan juga asal desainnya,” imbuh Kadir yang memimpikan punya distro sendiri.
Selama ini, permintaan dari konsumen terbilang tinggi. Namun sayangnya, Kadir terkendala tenaga dan modal usaha. Sehingga dalam satu bulan, ia hanya mampu memproduksi 30 potong saja. Setiap potong, rata-rata memakan waktu pengerjaan selama empat jam. Saat ini pemasarannya terbatas dari mulut ke mulut, atau berdasar kepercayaan konsumennya.
Para pembeli rata-rata para pelajar kursus bahasa Inggris yang tengah belajar di kampung bahasa, Pare. Namun tak jarang mereka harus sabar karena mengantre. “Tidak sempat nyetok. Melayani pesanan saja sudah kewalahan,” katanya.
Bagaimana? Apa Anda tertarik?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar